A.
PENGANTAR Novel An Artist Of The Floating
World karya Kazuo Ishiguro
1.Isi
cerita
Masuji Ono adalah seorang seniman
bohemian dan propagandis selama masa imperialisme Jepang. Ketika akhirnya
Jepang menyerah kepada sekutu, putranya gugur di Perang Jepang-China, dan
istrinya meninggal, dia hidup mengambang di masa tuanya. Dikejar oleh masa lalu
yang dia anggap merupakan kesalahan besarnya, dia berusaha menghadapi masa lalunya yang dapat mengancam pernikahan putri
terakhirnya.
Tema novel ini yang paling kentara
adalah Jepang setelah Perang Dunia II dan perjodohan. Berawal dari usaha kedua
Ono untuk menjodohkan Noriko dengan Taro Saito anak dari Dr. Saito yang
sama-sama seorang seniman, namun lebih liberal dari dirinya yang konservatif.
Putri pertama Ono mendorongnya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dia
buat di masa lalu dengan kata-kata ambigu. Hal itu didorong kegagalan
perjodohan pertama Noriko dengan Mitake yang Setsuko dan suaminya duga ada
alasan dibalik semua itu, entah karena memang Keluarga Mitake menganggap
derajat Masuji Ono terlalu tinggi untuk anak mereka menikahi Noriko atau karena
Keluarga Mitake menemukan aib buruk Ono selama proses penyelidikan untuk
melakukan perjodohan.
Ono awalnya bersikeras tidak mungkin
Keluarga Mitake membatalkan perjodohan tersebut karena menemukan aib dalam
keluarganya, namun kekhawatiran Setsuko, yang menurutnya terlalu dipengaruhi
oleh suaminya yang membenci generasinya, membuatnya berkunjung ke kolega-kolega
lamanya untuk meminta agar mereka tidak menceritakan hal-hal buruk tentang
dirinya.
Ditulis dengan prespektif orang
pertama, lansia pula, Ono akan bercerita tentang apa yang terjadi selama ia
memperjuangkan perjodohan anaknya dan sering kali juga ia akan bercerita
tentang masa lalu.
Ohno terlahir dari keluarga
berkecukupan, dia melawan kehendak ayahnya yang tidak menginginkannya menjadi
seorang pelukis karena pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang
menguntungkan. Ono menceritakan ketika lukisannya dibakar oleh ayahnya, bau
sesuatu yang dibakar membuatnya tidak meresa enak sampai kapanpun.
Ono meniti karirnya bekerja di
"pabrik lukis" yang mengutamakan kecepatan di bawah naungan Master
Takeda, lalu berpindah ketika dia merasa ambisinya tidak terpenuhi jika harus
bekerja seperti mesin. Selanjutnya dia berguru pada Mori-san yang berhasil
mematangkan kemampuan Ono sebagai pelukis yang memang memiliki bakat. Dia
mengakui kehebatan Mori-san sebagai seorang guru dan pelukis, namun hal itu
tidak membuatnya begitu hormat padanya karena Mori-san adalah tipe guru
yang tidak mau melihat anak didiknya berkembang lebih dari dirinya atau
berkembang tidak sesuai dengan gaya yang dia ajarkan.
2.Teori
Teori mimetik merupakan teori yang lahir bersamaan dengan masa
kejayaan filsuf Yunani. orang yang berpengaruh terhadap lahirnya teori ini
adalah Plato dan Aristoteles. Plato merupakan guru dari Aristoteles. Meskipun
duru dan murid, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Plato memandang karya
sastra sebagai sesuatu yang memiliki nilai lebih rendah daripada karya tukang
kayu. Sementara, Arisoteles memandang karya sastra sebagai sesuatu yang
memiliki nilai tinggi daripada karya tukang kayu. Definisi mimetik dapat
diterangkan dari kutipan, sebagai berikut:
Mimetik berasal bahasa Yunani yang
berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimetik diartikan
sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu
berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan
pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya
merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan
filsafat dengan kehidupan (Ravertz, 2007: 12).
B.
ANALISIS
Novel karya Kazuo Ishiguro yang berjudul An Artist of the Floating World ini, tak
lepas dari peristiwa pasca Perang Dunia II yang melibatkan Negara Jepang secara
langsung. Banyak peristiwa yang digambarkan dalam novel ini. Salah satunya
mengenai “ Kerusakan akibat perang yang berdampak pada hilangnya kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah jepang” itu sendiri.
1.Pendekatan
Pendekatan mimesis yang
berorientasi melalui penggambaran peristiwa dalam kehidupan suatu masyarakat
sangat relevan dengan alur cerita novel An
Artist of the Floating World . Melalui pendekatan tersebut, penulis
berusaha mengungkapkan “kerusakan yang dialami akibat perang yang berdampak
pula pada hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Jepang”.
Pada bab awal bertuliskan “Oktober 1948”
dalam novel yang berjudul an artist of
the floating world ini, diceritakan
tentang tokoh utama “aku” yang bernama Masuji Ono. Tokoh ini banyak
menggambarkan tentang keadaan jepang setelah perang dunia ke II, seperti
kesulitan mendapatkan bahan pokok yang menyebabkan pemulihan keadaan menjadi
terganggu dan memakan waktu yang lama. Seperti dalam kutipan :
“Aku
sama sekali tak tahu bahwa stok material sedang langka saat menjanjikan hal itu
padanya. Lama sesekali setelah jepang menyerah pada sekutu, seseorang bisa
menunggu sampai berminggu-minggu hanya untuk mendapatkan sepotong kayu atau
persediaan paku”. (An artist of the floating world : 8-9)
Kutipan diatas menjelaskan mengenai betapa
sulitnya tokoh utama masuji ono, memperoleh bahan-bahan untuk membangun kembali
rumahnya yang hancur akibat perang. Bahkan , hanya untuk mendapatkan paku harus
menunggu selama berminggu-minggu karena keterbatasan jumlah barang. Hal ini pun
terjadi Pada saat Jepang menyerah tanpa syarat
kepada pihak sekutu tahun 1945, keadaan ekonomi menjadi sangat terpuruk. Pada
bulan Agustus 1945 produksi industri merosot sangat tajam, jumlahnya pun hanya
merupakan persentase yang kecil jika dibandingkan dengan tingkat produksi di
tahun sebelumnya. Produksi pangan yang sebelumnya dapat dipertahankan pada
tingkat yang relatif tinggi, tetapi pada tahun 1945 turun sekitar 30%.
Akibatnya pada akhir tahun 1945 terjadi krisis pangan yang berlangsung sampai
awal tahun 1946.
Ketika
masuji ono berdiri didepan pintu masuk kedai milik Mrs Kawakami, yang terlihat
hanyalah beberapa bangunan yang telah ambruk dan rusak parah. Bahkan sebagian
telah rata dengan tanah dan hanya tersisa puing-puing bata bangunan. Rumah
masuji ono pun tak luput dari kerusakan. Walaupun tak hancur secara
keseluruhan, tetapi bekasnya masih tersisa. Tergambar dalam kutipan berikut :
“Disekitarnya, yang ada hanya gurun sisa puing-puing
bongkaran gedung. Hanya beberapa bangunan dikejauhan yang akan mengingatkan
bahwa kau berada tidak jauh dari pusat kota. Kerusakan akibat perang, begitu
Mrs kawakami menyebutnya.” (An artist of the floating world :
26)
“Setelah
semua yang menghancurkannya semasa perang, taman kami telah pulih kembali dan
masih dapat dikenali sebagai taman yang dibangun Akira sugimura sekitar 40
tahun silam,” (An artist of the floating world : 36)
Saat tokoh masuji ono bertemu dengan jiro
miyake ketika menunggu datangnya term di gedung kimura company, miyake banyak
berpendapat mengenai kekecewaannya terhadap pemimpin dan pejabat Negara yang
bersikap pengecut dan tak bertanggung jawab. Sama halnya dengan tokoh suichi
yang menganggap bahwa pemerintah dan pejabatnya yang telah membawa Negara
jepang kearah kehancuran. Dijelaskan dalam kutipan berikut :
“Kadang
aku merasa banyak orang yang mengahiri hidupnya karena merasa bersalah dan
terlalu pengecut untuk menghadapi tanggung jawab mereka.” (An artist of the
floating world : 60)
“Namun,
mereka adalah orang-orang yang membawa nasib negeri ini tersasar,tuan. Tentu ,
memang benar mereka harus memahami tanggung jawab mereka. Sungguh pengecut jika
mereka menolak mengakui kesalahan mereka. Dan ketika kesalahan itu dibuat atas
nama seisi penghuni negeri ini, itulah sebanya hal itu menjadi tindakan
pengecut terbesar yang pernah ada.” (An artist of the floating world : 61)
“Separuh
lulusan SMA-ku telah tewas karena menjadi pejuang. Mereka melakukannya untuk
sebab yang konyol, meskipun mereka tidak pernah tahu itu.” (An artist of the
floating world : 63)
“Mereka
yang mengirim orang seperti kenji ke medan perang untuk wafat sebagai pejuang
yang berani, di mana mereka sekarang? Mereka melanjutkan hidup masing-masing,
yang tak jauh berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya, dan bersikap sangat
baik di depan pihak amerika, merekalah yang telah menuntun Negara ini pada
kehancuran. Dan akhirnya, orang-orang seperti kenji yang harus ditangisi. Inilah
yang membuatku marah. Pemuda-pemuda berani wafat untuk alasan konyol, dan
penjahat sebenarnya masih bersama kita. Takut menunjukkan diri mereka yang
sebenarnya, mengakui tanggung jawab mereka.” (An artist of the floating world :
36)
Selanjutnya, akibat
kerusakan dan kesulitan yang dialami pasca perang, banyak bermunculan tokoh
seperti jiro miyake dan suichi yang menaruh kekecewaan mendalam terhadap para
pemimpin dan pemerintah yang disebut sebagai pembawa kehancuran bagi bangsa
jepang. Sehingga rakyat dan Negara harus menanggung banyak kerugian. Belum
lagi, banyaknya korban yang berjatuhan di medan perang sebagai prajurit yang
membela bangsa dan Negara. Walaupun beberapa prajurit selamat, tetapi mereka
mengalami tekanan mental akibat ganasnya lingkungan pada masa perang. Jumlah
kasus bunuh diri pun meningkat, akibat tak sanggup menghadapi kesulitan hidup. Kondisi tersebut diperparah dengan lumpuhnya aparat
pemerintah dalam mengumpulkan dan mendistribusikan barang berdasarkan harga
yang telah ditentukan. Kekalahan perang ini menghilangkan kepercayaan rakyat
kepada pemerintah dan menciptakan keadaan yang hampir mengarah pada anarki.
3.Kesimpulan
Kekalahan jepang pada perang dunia ke 2 telah
membawa dampak yang buruk terhadap rakyat maupun Negara jepang itu sendiri. Perekonomian
yang terpuruk dan juga kerusakan rumah dan fasilitas umum telah menyebabkan
kelangkaan bahan baku. Hal ini juga akibat produksi industry mengalami
penurunan drastis. Jumlah korban yang berjatuhan sangat banyak baik itu warga
sipil maupun prajurit. Akibatnya, muncul rasa kecewa dari sebagian rakyat
jepang yang telah kehilangan anggota keluarga, harta bahkan rumah pasca perang.
Mereka menuntut pemerintah bertanggung jawab penuh atas segala kehancuran yang
mereka perbuat.
Hal inilah yang ingin disampaikan Kazuo
Ishuguro dalam novelnya yang berjudul An
Artist Of The Floating World ini. Dimana, ia menggambarkan bahwa perang
hanya membawa dampak buruk bagi semua orang. Kerusakan dimana-mana dan jumlah
korban pun terus meningkat. Kesulitan memenuhi kebutuhan juga menjadi akibat
dari peperangan. Belum lagi anggota keluarga yang hilang atau tewas dimedan
perang.
Dunia
yang damai dan tentram adalah dunia yang diidamkan tokoh utama Masuji Ono dan
semua tkoh lainnya. Hidup bahagia bersama keluarga masing-masing.
4. DAFTAR PUSTAKA
Ishiguro, Kazuo.2013.An Artist Of The Floating World.Jakarta.Elex Media Komputindo
http://retnarestiyana.blogspot.com/2013/01/perekonomian-jepang-pasca-perang-dunia.html
0 komentar:
Posting Komentar