Minggu, 14 Juli 2013

analisis novel AN ARTIST OF THE FLOATING WORLD melalui pendekatan Mimesis

A. PENGANTAR Novel An Artist Of The Floating World karya Kazuo Ishiguro
1.Isi cerita
Masuji Ono adalah seorang seniman bohemian dan propagandis selama masa imperialisme Jepang.  Ketika akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu, putranya gugur di Perang Jepang-China, dan istrinya meninggal, dia hidup mengambang di masa tuanya. Dikejar oleh masa lalu yang dia anggap merupakan kesalahan besarnya, dia berusaha menghadapi masa lalunya yang dapat mengancam pernikahan putri terakhirnya.
              
Tema novel ini yang paling kentara adalah Jepang setelah Perang Dunia II dan perjodohan. Berawal dari usaha kedua Ono untuk menjodohkan Noriko dengan Taro Saito anak dari Dr. Saito yang sama-sama seorang seniman, namun lebih liberal dari dirinya yang konservatif. Putri pertama Ono mendorongnya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dia buat di masa lalu dengan kata-kata ambigu. Hal itu didorong kegagalan perjodohan pertama Noriko dengan Mitake yang Setsuko dan suaminya duga ada alasan dibalik semua itu, entah karena memang Keluarga Mitake menganggap derajat Masuji Ono terlalu tinggi untuk anak mereka menikahi Noriko atau karena Keluarga Mitake menemukan aib buruk Ono selama proses penyelidikan untuk melakukan perjodohan.

Ono awalnya bersikeras tidak mungkin Keluarga Mitake membatalkan perjodohan tersebut karena menemukan aib dalam keluarganya, namun kekhawatiran Setsuko, yang menurutnya terlalu dipengaruhi oleh suaminya yang membenci generasinya, membuatnya berkunjung ke kolega-kolega lamanya untuk meminta agar mereka tidak menceritakan hal-hal buruk tentang dirinya.

Ditulis dengan prespektif orang pertama, lansia pula, Ono akan bercerita tentang apa yang terjadi selama ia memperjuangkan perjodohan anaknya dan sering kali juga ia akan bercerita tentang masa lalu.

Ohno terlahir dari keluarga berkecukupan, dia melawan kehendak ayahnya yang tidak menginginkannya menjadi seorang pelukis karena pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang menguntungkan. Ono menceritakan ketika lukisannya dibakar oleh ayahnya, bau sesuatu yang dibakar membuatnya tidak meresa enak sampai kapanpun. 

Ono meniti karirnya bekerja di "pabrik lukis" yang mengutamakan kecepatan di bawah naungan Master Takeda, lalu berpindah ketika dia merasa ambisinya tidak terpenuhi jika harus bekerja seperti mesin. Selanjutnya dia berguru pada Mori-san yang berhasil mematangkan kemampuan Ono sebagai pelukis yang memang memiliki bakat. Dia mengakui kehebatan Mori-san sebagai seorang guru dan pelukis, namun hal itu tidak membuatnya  begitu hormat padanya karena Mori-san adalah tipe guru yang tidak mau melihat anak didiknya berkembang lebih dari dirinya atau berkembang tidak sesuai dengan gaya yang dia ajarkan.

2.Teori
  Teori mimetik merupakan teori yang lahir bersamaan dengan masa kejayaan filsuf Yunani. orang yang berpengaruh terhadap lahirnya teori ini adalah Plato dan Aristoteles. Plato merupakan guru dari Aristoteles. Meskipun duru dan murid, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Plato memandang karya sastra sebagai sesuatu yang memiliki nilai lebih rendah daripada karya tukang kayu. Sementara, Arisoteles memandang karya sastra sebagai sesuatu yang memiliki nilai tinggi daripada karya tukang kayu. Definisi mimetik dapat diterangkan dari kutipan, sebagai berikut:
Mimetik berasal  bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimetik diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan (Ravertz, 2007: 12).


B. ANALISIS
  Novel karya Kazuo Ishiguro yang berjudul An Artist of the Floating World ini, tak lepas dari peristiwa pasca Perang Dunia II yang melibatkan Negara Jepang secara langsung. Banyak peristiwa yang digambarkan dalam novel ini. Salah satunya mengenai “ Kerusakan akibat perang yang berdampak pada hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah jepang” itu sendiri.

1.Pendekatan
Pendekatan mimesis yang berorientasi melalui penggambaran peristiwa dalam kehidupan suatu masyarakat sangat relevan dengan alur cerita novel An Artist of the Floating World . Melalui pendekatan tersebut, penulis berusaha mengungkapkan “kerusakan yang dialami akibat perang yang berdampak pula pada hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Jepang”.
  Pada bab awal bertuliskan “Oktober 1948” dalam novel yang berjudul an artist of the floating world  ini, diceritakan tentang tokoh utama “aku” yang bernama Masuji Ono. Tokoh ini banyak menggambarkan tentang keadaan jepang setelah perang dunia ke II, seperti kesulitan mendapatkan bahan pokok yang menyebabkan pemulihan keadaan menjadi terganggu dan memakan waktu yang lama. Seperti dalam kutipan :

 “Aku sama sekali tak tahu bahwa stok material sedang langka saat menjanjikan hal itu padanya. Lama sesekali setelah jepang menyerah pada sekutu, seseorang bisa menunggu sampai berminggu-minggu hanya untuk mendapatkan sepotong kayu atau persediaan paku”. (An artist of the floating world : 8-9)

  Kutipan diatas menjelaskan mengenai betapa sulitnya tokoh utama masuji ono, memperoleh bahan-bahan untuk membangun kembali rumahnya yang hancur akibat perang. Bahkan , hanya untuk mendapatkan paku harus menunggu selama berminggu-minggu karena keterbatasan jumlah barang. Hal ini pun terjadi Pada saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu tahun 1945, keadaan ekonomi menjadi sangat terpuruk. Pada bulan Agustus 1945 produksi industri merosot sangat tajam, jumlahnya pun hanya merupakan persentase yang kecil jika dibandingkan dengan tingkat produksi di tahun sebelumnya. Produksi pangan yang sebelumnya dapat dipertahankan pada tingkat yang relatif tinggi, tetapi pada tahun 1945 turun sekitar 30%. Akibatnya pada akhir tahun 1945 terjadi krisis pangan yang berlangsung sampai awal tahun 1946.
Ketika masuji ono berdiri didepan pintu masuk kedai milik Mrs Kawakami, yang terlihat hanyalah beberapa bangunan yang telah ambruk dan rusak parah. Bahkan sebagian telah rata dengan tanah dan hanya tersisa puing-puing bata bangunan. Rumah masuji ono pun tak luput dari kerusakan. Walaupun tak hancur secara keseluruhan, tetapi bekasnya masih tersisa. Tergambar dalam kutipan berikut :

  Disekitarnya, yang ada hanya gurun sisa puing-puing bongkaran gedung. Hanya beberapa bangunan dikejauhan yang akan mengingatkan bahwa kau berada tidak jauh dari pusat kota. Kerusakan akibat perang, begitu Mrs kawakami menyebutnya.”  (An artist of the floating world : 26)

“Setelah semua yang menghancurkannya semasa perang, taman kami telah pulih kembali dan masih dapat dikenali sebagai taman yang dibangun Akira sugimura sekitar 40 tahun silam,” (An artist of the floating world : 36)
   Saat tokoh masuji ono bertemu dengan jiro miyake ketika menunggu datangnya term di gedung kimura company, miyake banyak berpendapat mengenai kekecewaannya terhadap pemimpin dan pejabat Negara yang bersikap pengecut dan tak bertanggung jawab. Sama halnya dengan tokoh suichi yang menganggap bahwa pemerintah dan pejabatnya yang telah membawa Negara jepang kearah kehancuran. Dijelaskan dalam kutipan berikut :
 “Kadang aku merasa banyak orang yang mengahiri hidupnya karena merasa bersalah dan terlalu pengecut untuk menghadapi tanggung jawab mereka.” (An artist of the floating world : 60)

“Namun, mereka adalah orang-orang yang membawa nasib negeri ini tersasar,tuan. Tentu , memang benar mereka harus memahami tanggung jawab mereka. Sungguh pengecut jika mereka menolak mengakui kesalahan mereka. Dan ketika kesalahan itu dibuat atas nama seisi penghuni negeri ini, itulah sebanya hal itu menjadi tindakan pengecut terbesar yang pernah ada.” (An artist of the floating world : 61)
“Separuh lulusan SMA-ku telah tewas karena menjadi pejuang. Mereka melakukannya untuk sebab yang konyol, meskipun mereka tidak pernah tahu itu.” (An artist of the floating world : 63)
“Mereka yang mengirim orang seperti kenji ke medan perang untuk wafat sebagai pejuang yang berani, di mana mereka sekarang? Mereka melanjutkan hidup masing-masing, yang tak jauh berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya, dan bersikap sangat baik di depan pihak amerika, merekalah yang telah menuntun Negara ini pada kehancuran. Dan akhirnya, orang-orang seperti kenji yang harus ditangisi. Inilah yang membuatku marah. Pemuda-pemuda berani wafat untuk alasan konyol, dan penjahat sebenarnya masih bersama kita. Takut menunjukkan diri mereka yang sebenarnya, mengakui tanggung jawab mereka.” (An artist of the floating world : 36)

Selanjutnya, akibat kerusakan dan kesulitan yang dialami pasca perang, banyak bermunculan tokoh seperti jiro miyake dan suichi yang menaruh kekecewaan mendalam terhadap para pemimpin dan pemerintah yang disebut sebagai pembawa kehancuran bagi bangsa jepang. Sehingga rakyat dan Negara harus menanggung banyak kerugian. Belum lagi, banyaknya korban yang berjatuhan di medan perang sebagai prajurit yang membela bangsa dan Negara. Walaupun beberapa prajurit selamat, tetapi mereka mengalami tekanan mental akibat ganasnya lingkungan pada masa perang. Jumlah kasus bunuh diri pun meningkat, akibat tak sanggup menghadapi kesulitan hidup. Kondisi tersebut diperparah dengan lumpuhnya aparat pemerintah dalam mengumpulkan dan mendistribusikan barang berdasarkan harga yang telah ditentukan. Kekalahan perang ini menghilangkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dan menciptakan keadaan yang hampir mengarah pada anarki.



3.Kesimpulan
 Kekalahan jepang pada perang dunia ke 2 telah membawa dampak yang buruk terhadap rakyat maupun Negara jepang itu sendiri. Perekonomian yang terpuruk dan juga kerusakan rumah dan fasilitas umum telah menyebabkan kelangkaan bahan baku. Hal ini juga akibat produksi industry mengalami penurunan drastis. Jumlah korban yang berjatuhan sangat banyak baik itu warga sipil maupun prajurit. Akibatnya, muncul rasa kecewa dari sebagian rakyat jepang yang telah kehilangan anggota keluarga, harta bahkan rumah pasca perang. Mereka menuntut pemerintah bertanggung jawab penuh atas segala kehancuran yang mereka perbuat.
 Hal inilah yang ingin disampaikan Kazuo Ishuguro dalam novelnya yang berjudul An Artist Of The Floating World ini. Dimana, ia menggambarkan bahwa perang hanya membawa dampak buruk bagi semua orang. Kerusakan dimana-mana dan jumlah korban pun terus meningkat. Kesulitan memenuhi kebutuhan juga menjadi akibat dari peperangan. Belum lagi anggota keluarga yang hilang atau tewas dimedan perang.
Dunia yang damai dan tentram adalah dunia yang diidamkan tokoh utama Masuji Ono dan semua tkoh lainnya. Hidup bahagia bersama keluarga masing-masing.


4. DAFTAR PUSTAKA
 Ishiguro, Kazuo.2013.An Artist Of The Floating World.Jakarta.Elex Media Komputindo

http://retnarestiyana.blogspot.com/2013/01/perekonomian-jepang-pasca-perang-dunia.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bab yang hilang © 2008. Design By: SkinCorner